Rabu, 21 Mei 2014

hikmah dibalik setiap peristiwa

hikmah dibalik setiap peristiwa




Oleh Rizka dwi seftiani SPd I


Barangsiapa mengenal Allah, hilanglah prasangka buruknya, dan ia berkata, “semua kejadian pasti ada hikmahnya.”-Syarif ‘Abasyi wafat 504 H
K

ehidupan manusia memang penuh warna-warni, dan setiap orang memiliki kisah hidup masing-masing, kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti. Namun, ada sebagian orang yang senantiasa bersedih dan menyesali takdir yang dijalaninya sehingga hari-harinya hanya diisi dengan rasa penyesalan.
          Dengan kata lain, mereka memiliki prasangka buruk atau presepsi negative terhadap peristiwa yang menimpa diri mereka. Padahal kalau mau, mereka bisa mengubah keadaan karena Allah tak akan pernah mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’ad :[13] :11)
          Selain itu, banyak ayat-ayat al-Qur’an yang memotivasi untuk selalu optimis, diantaranya surah an-Najm (53):39-40 yang menjelaskan bahwa manusia tidak akan memperoleh selain apa yang diusahakannya, dan hasil usahanya akan diperlihatkan di kemudian hari. Baik usaha untuk urusan dunia maupun urusan akhirat.
          Anda pasti pernah mendengar kisah Hajar Ibunda Nabi Ismail as. Ketika Ismail menangis kehausan, ia berlari-lari kecil dari Shafa ke Marwah dan sebaliknya. Bahkan kisah itu menjadi dasar disyaria’atkannya sa’i, salah satu ritual dalam ibadah haji dan umrah. Akhirnya Allah memberi berita gembira di ujung usahanya dengan berkah air Zamzam yang akhirnya masih mengalir jernih sampai detik ini.
          Secara bahasa Sa’i  berarti usaha. Dari ritual Sa’i kita bisa mengambil hikmah bahwa orang-orang sukses adalah mereka yang memiliki karakter pantang menyerah. Setiap kali menemui kegagalan, mereka akan bertahan sekuat tenaga untuk bertahan. Bagi mereka, kegagalan bukanlah waktu untuk berhenti. Sebaliknya, kegagalan merupakan kesempatan mengevaluasi diri untuk meningkatkan ketangguhan jiwa. Sekiranya dulu Thomas Alfa Edison menyerah dan putus asa setelah berkali-kali gagal membuat lampu pijar, bisa jadi kita sekarang masih diliputi kegelapan dan masih menggunakan lampu templok. Demikian halnya dengan Charles Babbage-penemu komputer. Jika ia menyerah saat mengalami kesulitan, sejarah teknologi tidak akan secanggih saat ini.
          Jadi, sudah semestinya setiap Muslim tidak berhenti berusaha, selalu memiliki jiwa optimis, serta pantang menyerah dan pasrah. Jika cara A belum berhasil, saatnya introspeksi, bisa jadi ada sesuatu yang kurang dengan cara A. kemudian, melakukan pembenahan dengan cara B, C,  dan seterusnnya.
          Demikian pula dengan seorang pelajar yang sudah belajar sekuat tenaga untuk menghadapi ujian, semua buku sudah dibaca, bergadang semalaman, dan tidak lupa usahanya diiringi do’a yang tidak putus-putus. Namun terkadang, hasil ujian jauh dari harapan, takdir menentukan bahwa ia belum berhasil dalam ujiannya.
          Jika berbagai cara sudah ditempuh, dan tetap mengalami kegagalan, jangan sampai ada prasangka buruk kepada Allah. karenaAllah pasti sudah menyimpan rahasia dibalik setiap kejadian. Di sinilah keyakinan si pelajar pada kekuatan takdir sedang diuji. Inilah cara Allah menguji hamba-Nya.
          Artinya, Allah selalu menyimpan hikmah yang indah bagi hamba-Nya yang senantiasa bersabar dan menjadikan shalat sebagai penolongnya. Allah SWT berfirman,” hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta oramg-orang yang sabar.”(QS. Al-Baqarah :[2]:153). Apalagi yang harus dikhawatirkan kalau Allah senantiasa bersama kita. Ketika ujung usaha sudah didapat, yang perlu dilakukan adalah ikhlas menerima takdir dengan senyum tulus, karena bisa jadi sesuatu yang kita benci adalah yang terbaik untuk kita. Allah Maha Mengetahui sedangkan pengetahuan kita terbatas. (QS. Al-Baqarah: [2]:216). Wallahu A’lam.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar