Opini Evaluasi Terhadap
Pemberlakuan Kurikulum 2013
Tidak ada kritik yang tidak didasari
oleh ketidakpuasan atas kondisi yang ada dan keinginan untuk mengubah agar yang
tidak memuaskan itu menjadi sesuatu yang lebih baik. Orang yang tak mau di
kritik adalah orang yang bebal, yang tidak mau menerima hal baru dan ingin
tetap bertahan karena kondisinya yang
buruk memuasakan dirinya, tetapi tidak memuaskan pada diri orang lain.
Pada umumnya membangun karakter itu
harus diiringi dengan karakter yang memberi contoh. Untuk menghasilkan karakter
yang baik pada anak didik, tentunya harus dididik dengan pendidikan yang baik
pula. Yang sesuai dengan yang diiginkan. Seiring dengan era globalisasi yang
semakin berkembang. Baik ilmu dan teknologinya, kurikulum pun ikut terbawa dan
menyamaratakan posisinya di tempat dimana ia seharusnya berada.
Itulah cita-cita kurikulum 2013,
dimana kurikulum 2013 adalah kurikulum yang diidam-idamkan dan dinanti-nanti
oleh kebanyakan orangtua. Yang diharapkan dapat membentuk karakter anak bangsa.
Dialah guru yang tidak lain dan tidak bukan tampil sebagai pendidik kedua
setelah orangtua. Tetapi tidak sedikit dari dalam prakteknya, kurikulum 2013
masih ditemukan kelemahan-kelemahan yang mengakibatkan evaluasi pada kurikulum
ini. Kelemahan-kelemahan itu diantaranya :
-
Tidak sedikit guru yang belum siap dengan adanya
kurikulum ini. Dikarenakan dari sekian banyak guru yang ada, merasa masih
kurang dalam memacu siswa agar kreatif dalam pembelajaran. Dimana jika ingin
menghasilkan peserta didik yang kreatif, guru sebagai fasilitator juga harus
lebih kreatif dengan cara selalu memberikan motivasinya. Sehingga diupayakan
adanya pelatihan-pelatihan kepada guru.
-
Konsep pendekatan scientific masih
belum dipahami, apalagi tentang metoda pembelajaran yang kurang aplikatif
disampaikan.
-
Ketrampilan merancang RPP dan
penilaian autentik belum sepenuhnya dikuasai oleh guru.
-
Tugas menganilisis SKL, KI, KD, Buku
Siswa dan Buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, masih banyak yang
copy paste dan kurangnya waktu untuk membaca dokumen secara mendalam.
-
Guru juga tidak pernah dilibatkan
langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013. Pemerintah melihat
seolah-olah guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.
-
Tidak ada keseimbangan antara
orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan
sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan. UN hanya
mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak memperhatikan
proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada dikesampingkannya mata pelajaran
yang tidak diujikan dalam UN. Padahal, mata pelajaran non-UN juga memberikan
kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
-
Kurikulum 2013 ditetapkan tanpa ada
evaluasi dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP.
-
Pengintegrasian mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat karena rumpun ilmu
mata pelajaran-mata pelajaran itu berbeda.
-
Dalam mata pelajaran matematika SMA
kelas X terdapat matematika wajib, matematika peminatan yang harus diikuti
siswa peminatan IPA. Matematika wajib dan peminatan memiliki silabus yang
berbeda. Terutama dalam matematika peminatan diperlukan beberapa materi
prasyarat yang belum dibahas di kelas sebelumnya. Contoh : Dalam materi
persamaan eksponen diperlukan beberapa rumus turunan dari persamaan kuadrat
yang belum dibahas di kelas sebelumnya.
-
Penyusunan materi ajar belum runtut
sesuai tahap berpikir siswa, guru harus memilah dan menentukan materi esensial
mengingat materi yang harus dikuasai siswa cukup banyak.
-
Pada buku paket matematika terdapat
berbagai soal tingkat tinggi seperti soal olimpiade. Mengingat banyaknya materi
yang harus dikuasai siswa maka tidak semua soal dapat diselesaikan. Soal-soal
tersebut lebih cocok diberikan pada siswa yang berminat mengikuti pendalaman
matematika.
-
Seperti kurikulum sebelumnya, belum
ada sinkronisasi antara matematika sebagai alat bantu untuk menunjang pelajaran
lainnya. Misalnya sinkronisasi antara matematika dengan fisika, ada banyak
materi fisika yang memerlukan hitungan matematika seperti vektor, diferensial,
integral dan trigonometri tetapi belum dibahas dalam matematika.
-
Konten kurikulum masih terlalu padat
yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang
keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat kemampuan siswa
-
Standar proses pembelajaran
menggambarkan urutan pembelajaran yang kurang rinci sehingga membuka peluang
penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat
pada guru.
-
Materi terlalu luas, kurang
mendalam.
-
Beban belajar terlalu berat,
sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.
Mungkin
hanya ini yang penulis bisa tampilkan kembali dari tulisan—tulisan yang
sudah-sudah. Pada kenyataannya dari penulis sendiri masih perlu banyak menggali
informasi dari pengalaman-pengalaman yang ada. Namun apa daya pennulis masih
menduduki bangku kuliah yang masih perlu banyak referensi dalam segala
argumentasinya. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam tulisan ini.
Untuk itu saya ucapkan terimakasih.
Sumber Bacaan :
-
Fathul Mu’in, Pendidikan karakter :
ar-Ruzz media
-
Kusumah, Wijaya. (2013). Kelebihan dan Kekurangan Diklat Implementasi
Kurikulum 2013
Tersedia http://wijayalabs.com/2013/07/12/kelebihan-dan-kekurangan-diklat-implementasi-kurikulum-2013/ Diakses : 19 September 2013
-
Habibi, Ahmad. (2013). Keunggulan dan kekurangan
pendidikan pada kurikulum 2013. Tersedia: http://www.beritahu.me/2013/09/keunggulan-dan-kekurangan-pendidikan.html#sthash.zB5lFhO0.dpuf
. Diakses : 19 September 2013
-
Nere, Gladys. . (2013). Kelebihan
dan Kekurangan kurikulum 2013. Tersedia: http://gladysnereweb.blogspot.com/2013/05/kelebihan-dan-kekuranga-kurikulum-2013.html
. Diakses : 19 September 2013
OKE. mantap tulisannya. buat sendiri atau disadur. sepakat kalau kurikulum 2013 dihapus. pakai kurikulum 2006. sesuaikan dengan budaya indonesia. jangan dipakai budaya orang barat.
BalasHapus