Rangkuman TPM 100 Komunitas Guru Belajar
Belajar dari KGB Pekalongan, Mendobrak salah kaprah pendidikan
[2:55:46 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
Yey…..Sebentar lagi diskusi dimulai.
Untuk itu, perkenalkan saya Devy
Mariyatul Ystykomah, sapa saja nama depan saya “Devy”. Saya dari KGB Kediri
Raya. Sehari-hari mengajar dan meramaikan Sekolah LISA Kediri. Iznkan saya
memandu jalannya diskusi sore ini, semoga bisa menjadi diskusi yang syahdu.
Saya ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang sedang menjalankannya
dan saya ucapkan juga selamat memperingati kenaikan Isa Almasih untuk yang
memperingati. :blush:
Ayo kita presensi kehadiran dengan
menuliskan nama dan asal, lalu tambahkan “Semangat Belajar”.
Contoh: “Devy – KGB Kediri Raya – Semangat Belajar!”
Yuk semangat dan ceria di TPM, 31 Mei 2019.
Contoh: “Devy – KGB Kediri Raya – Semangat Belajar!”
Yuk semangat dan ceria di TPM, 31 Mei 2019.
3:07:26 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
Kita tutup
sesi presensi kehadiran ya…
Saya tangkap semangat Bapak-Ibu dalam diskusi sore ini.
#kesepakatandiskusi
1. Tujuan grup: Berbagi praktik pengajaran dan pendidikan
2. Waktu Temu Pendidik Mingguan: Setiap Jumat pukul 15.00 - 17.00 WIB,
3. Anggota dilarang mengirim link, stiker, foto, video dan audio.
4. Saling menghargai dan saling menjaga. Dilarang menghujat dan menghina.
5. Mereka yang melanggar aturan akan dikeluarkan dari grup.
Aturan Tambahan
1. Dapatkan informasi Komunitas Guru Belajar - Kampus Guru Cikal dengan gabung di kanal https://t.me/GuruBelajar
2. Bila ingin diskusi di luar jadwal Temu Pendidik Mingguan, lakukan di Grup WA Komunitas Guru Belajar daerah masing-masing. Lihat linknya di http://bit.ly/infoKGB
Saya tangkap semangat Bapak-Ibu dalam diskusi sore ini.
#kesepakatandiskusi
1. Tujuan grup: Berbagi praktik pengajaran dan pendidikan
2. Waktu Temu Pendidik Mingguan: Setiap Jumat pukul 15.00 - 17.00 WIB,
3. Anggota dilarang mengirim link, stiker, foto, video dan audio.
4. Saling menghargai dan saling menjaga. Dilarang menghujat dan menghina.
5. Mereka yang melanggar aturan akan dikeluarkan dari grup.
Aturan Tambahan
1. Dapatkan informasi Komunitas Guru Belajar - Kampus Guru Cikal dengan gabung di kanal https://t.me/GuruBelajar
2. Bila ingin diskusi di luar jadwal Temu Pendidik Mingguan, lakukan di Grup WA Komunitas Guru Belajar daerah masing-masing. Lihat linknya di http://bit.ly/infoKGB
Telegram
Kanal (BUKAN Grup) Komunitas Guru
Belajar untuk menyebarkan informasi kegiatan dan informasi tentang praktik
pengajaran dan pendidikan
Aturan Diskusi
1. Moderator membuka diskusi dengan mengenalkan narasumber dan topik diskusi.
2. Narasumber menyapa peserta diskusi dan melakukan kegiatan perkenalan, kemudian menyampaikan materi diskusi. Peserta diberi waktu 5 menit untuk mempelajarinya
3. Moderator membuka sesi tanya jawab dalam 2-3 termin. Setiap termin 2 penanya.
4. Bila ingin bertanya, peserta menyebutkan namanya. Moderator memilih 2 penanya pertama.
5. Dua penanya mengajukan pertanyaan. Setelah itu, narasumber menjawab semua pertanyaan.
6. Setelah narasumber menjawab, moderator membuka termin tanya jawab berikutnya sampai waktu selesai.
7. Narasumber menyampaikan pesan penutup. Moderator menutup diskusi.
8. Selesai
1. Moderator membuka diskusi dengan mengenalkan narasumber dan topik diskusi.
2. Narasumber menyapa peserta diskusi dan melakukan kegiatan perkenalan, kemudian menyampaikan materi diskusi. Peserta diberi waktu 5 menit untuk mempelajarinya
3. Moderator membuka sesi tanya jawab dalam 2-3 termin. Setiap termin 2 penanya.
4. Bila ingin bertanya, peserta menyebutkan namanya. Moderator memilih 2 penanya pertama.
5. Dua penanya mengajukan pertanyaan. Setelah itu, narasumber menjawab semua pertanyaan.
6. Setelah narasumber menjawab, moderator membuka termin tanya jawab berikutnya sampai waktu selesai.
7. Narasumber menyampaikan pesan penutup. Moderator menutup diskusi.
8. Selesai
mohon membaca aturan dengan cermat
ya...
[3:12:24 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
Saya perkenalkan narasumber yang
budiman nan kece yaitu Pak Nunuk Riza Puji, aktif di KGB Pekalongan dan
mengajar di SMAN 1 Petungkriyono. Pak Nunuk selalu memberikan energi semangat
untuk orang-orang disekitarnya, bahkan saya yang di Kediri selalu memiliki motivasi
ketika mendengar cerita dan materi dari beliau. Semoga teman-teman turut
merasakan energi semangat beliau.
Diskusi kali ini Pak Nunuk akan
membagikan pengalamannya dalam menggerakkan guru-guru di Pekalongan untuk terus
belajar dan mengikis salah kaprah pendidikan dalam wadah Komunitas Guru Belajar
Pekalongan. akan tema belajar kita sore ini "Belajar dari KGB Pekalongan,
Mendobrak Salah Kaprah Pendidikan"
Supaya terarah dalam memberikan tanggapan, maka harap membaca kembali tema diskusi sore ini ya….
Supaya terarah dalam memberikan tanggapan, maka harap membaca kembali tema diskusi sore ini ya….
> Nuno Riza Tpm Pklgn
> Selamat sore.. perkenalkan saya
Nunuk Riza Puji, biasa dipanggil pak Nuno. Saya penggerak KGB Pekalongan. Mhn
ijin hari ini iku
Selamat sore pak Nuno, mohon ijin
juga belajar bersama pak Nuno. :pray:
[3:45:59 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
Dulu, menurut saya, mengajak
guru-guru Pekalongan untuk belajar dan berdaya di KGB bukanlah hal yang sulit.
Bagaimana tidak, hampir seluruh guru-guru di Pekalongan pernah berpesan kepada
siswanya untuk belajar, seperti: "Jangan lupa belajar dirumah ya
nak..", atau "Belajar itu penting lho, agar kamu semakin
pintar". Dan pesan-pesan motivasi belajar serupa lainnya.
Inilah yang membuat saya sangat yakin bahwa mengajak guru untuk belajar bukanlah hal yang sulit karena pada dasarnya guru adalah orang-orang yang sangat paham betapa pentingnya belajar. Ditambah lagi, kegiatan belajar di KGB kan gratis, sepertinya akan lebih mudah untuk mempengaruhi para guru di Pekalongan untuk belajar barengan.
Namun ternyata pemahaman saya ini tidak sepenuhnya benar karena mengajak guru untuk belajar (lagi) itu ternyata tidak mudah. Banyak syarat yang harus kami penuhi agar para guru berkenan bergabung untuk belajar barengan. Harus ada sertifikatnya lah, harus 32 jam lah, narasumbernya harus orang terkenal lah, dan seterusnya..
Ketika para penggerak KGB Pekalongan memposting poster mudik luring (misalnya). Banyak rekan-rekan guru yang menyatakan ingin ikut datang dan belajar bersama. Namun ketika hari H, bukannya kedatangan banyak guru (baca: peserta mudik), yang ada kami kedatangan banyak pesan WA dari para calon peserta yang menyatakan bahwa mereka gagal hadir.
Berbagai tantangan telah kami hadapi dari awal terbentuknya KGB Pekalongan sampai hari ini. Namun kami beruntung karena selalu saja ada pihak-pihak yang percaya dan mau bergerak bersama untuk pendidikan Pekalongan agar sesuai dengan konteks dan kebutuhan murid.
Ekosistem pendidikan di pekalongan juga masih sangat kental dengan kompetisi. Siswa terus dipacu oleh guru untuk mendapatkan nilai yg lebih tinggi dari temannya yang lain. Guru terus dipacu oleh dinas pendidikan agar mampu menghasilkan siswa-siswa peraih piala-piala bergengsi. Kepala sekolah dipacu oleh dinas pendidikan agar mampu menjadi sekolah peraih nilai UN tertinggi. Dan seterusnya..
Apakah benar kompetisi adalah jawaban bagi kesuksesan seorang murid dimasa depan sampai-sampai banyak aspek pendidikan Pekalongan diselimuti oleh cover bertema kompetisi? Padahal para tokoh-tokoh modern telah menunjukkan bahwa kedepan anak-anak harus lebih ditekankan untuk berkolaborasi dari pada berkompetisi. Berbeda dengan kompetisi yang menghasilkan lebih sedikit para juara dan lebih banyak pecundang, kolaborasi akan memunculkan para juara tanpa harus melahirkan pihak-pihak yang merasa dikalahkan. Ketika berkolaborasi, semua merasa memiliki tanggung jawab bersama, memikul beban bersama, mencapai target bersama dan menangpun diperjuangkan secara bersama-sama.
KGB Pekalongan berharap dapat mendobrak keadaan tersebut. Untuk itu kami mengajak berbagai pihak di Pekalongan dan sekitarnya untuk bekerjasama mewujudkan ekosistem pendidikan kolaboratif. Salah satu kegiatan yang kami rancang untuk mewujudkan harapan tersebut adalah melalui sebuah kegiatan bertajuk RANSEL (Ramadhan Semangat Belajar).
Kami bersyukur karena ternyata begitu banyak pihak-pihak yang peduli dengan mimpi kami ini. Salah satunya ditunjukkan dengan jumlah donasi yang mencapai 15 juta rupiah. Sebuah angka donasi yang diluar ekspektasi kami. Pesertanyapun mencapai 200'an peserta. Hal ini membuat kami semakin yakin bahwa jika kita mau bergerak, pendidikan di Pekalongan (secara khusus) dan di Indonesia (secara umum) bisa kok diarahkan agar lebih memanusiakan hubungan dengan murid sesuai dengan konteks kehidupan murid.
Inilah yang membuat saya sangat yakin bahwa mengajak guru untuk belajar bukanlah hal yang sulit karena pada dasarnya guru adalah orang-orang yang sangat paham betapa pentingnya belajar. Ditambah lagi, kegiatan belajar di KGB kan gratis, sepertinya akan lebih mudah untuk mempengaruhi para guru di Pekalongan untuk belajar barengan.
Namun ternyata pemahaman saya ini tidak sepenuhnya benar karena mengajak guru untuk belajar (lagi) itu ternyata tidak mudah. Banyak syarat yang harus kami penuhi agar para guru berkenan bergabung untuk belajar barengan. Harus ada sertifikatnya lah, harus 32 jam lah, narasumbernya harus orang terkenal lah, dan seterusnya..
Ketika para penggerak KGB Pekalongan memposting poster mudik luring (misalnya). Banyak rekan-rekan guru yang menyatakan ingin ikut datang dan belajar bersama. Namun ketika hari H, bukannya kedatangan banyak guru (baca: peserta mudik), yang ada kami kedatangan banyak pesan WA dari para calon peserta yang menyatakan bahwa mereka gagal hadir.
Berbagai tantangan telah kami hadapi dari awal terbentuknya KGB Pekalongan sampai hari ini. Namun kami beruntung karena selalu saja ada pihak-pihak yang percaya dan mau bergerak bersama untuk pendidikan Pekalongan agar sesuai dengan konteks dan kebutuhan murid.
Ekosistem pendidikan di pekalongan juga masih sangat kental dengan kompetisi. Siswa terus dipacu oleh guru untuk mendapatkan nilai yg lebih tinggi dari temannya yang lain. Guru terus dipacu oleh dinas pendidikan agar mampu menghasilkan siswa-siswa peraih piala-piala bergengsi. Kepala sekolah dipacu oleh dinas pendidikan agar mampu menjadi sekolah peraih nilai UN tertinggi. Dan seterusnya..
Apakah benar kompetisi adalah jawaban bagi kesuksesan seorang murid dimasa depan sampai-sampai banyak aspek pendidikan Pekalongan diselimuti oleh cover bertema kompetisi? Padahal para tokoh-tokoh modern telah menunjukkan bahwa kedepan anak-anak harus lebih ditekankan untuk berkolaborasi dari pada berkompetisi. Berbeda dengan kompetisi yang menghasilkan lebih sedikit para juara dan lebih banyak pecundang, kolaborasi akan memunculkan para juara tanpa harus melahirkan pihak-pihak yang merasa dikalahkan. Ketika berkolaborasi, semua merasa memiliki tanggung jawab bersama, memikul beban bersama, mencapai target bersama dan menangpun diperjuangkan secara bersama-sama.
KGB Pekalongan berharap dapat mendobrak keadaan tersebut. Untuk itu kami mengajak berbagai pihak di Pekalongan dan sekitarnya untuk bekerjasama mewujudkan ekosistem pendidikan kolaboratif. Salah satu kegiatan yang kami rancang untuk mewujudkan harapan tersebut adalah melalui sebuah kegiatan bertajuk RANSEL (Ramadhan Semangat Belajar).
Kami bersyukur karena ternyata begitu banyak pihak-pihak yang peduli dengan mimpi kami ini. Salah satunya ditunjukkan dengan jumlah donasi yang mencapai 15 juta rupiah. Sebuah angka donasi yang diluar ekspektasi kami. Pesertanyapun mencapai 200'an peserta. Hal ini membuat kami semakin yakin bahwa jika kita mau bergerak, pendidikan di Pekalongan (secara khusus) dan di Indonesia (secara umum) bisa kok diarahkan agar lebih memanusiakan hubungan dengan murid sesuai dengan konteks kehidupan murid.
Devy
Mariyatul Ystykomah:
Saya rasa waktu membaca sudah cukup.
Diskusi kali ini saya buka 2 termin ya... setiap termin saya tunjuk 2 penanya.
Bila ingin bertanya, tolong sebut nama.
[4:00:16 PM]Dyah Kartika WS:
Saya sgt setuju dg pemaparan ttg
pendidikan kolaboratif. Cuman sayang sistem pendidikan kita sdh dicanangkan
full kompetisi. Ukuran prestasi baik siswa, guru, sekolah semuanya baru duakui
jika berhasil dlm sebuah kompetisi. Bagaimana membongkar kerangkeng besar yg
sdh mengakar dan membelenggu tersebut ? Lalu apa ukuran prestasi dlm sebuah
pendidikan kolaboratif ?
[4:08:39 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> Dyah Kartika WS
> Saya sgt setuju dg pemaparan ttg
pendidikan kolaboratif. Cuman sayang sistem pendidikan kita sdh dicanangkan
full kompetisi. Uku
Belenggu kerangkengnya udah kelewat
besar dan mengakar kan ya bu? kayaknya emang susah sih untuk membongkarnya. Itu
juga yang awalnya kami rasakan. Apakah bisa? Apa mampu? Kita ini siapa? cuma
guru. Bahkan beberapa guru lain menyebut kami (penggerak KGB) sebagai guru
aneh, kurang kerjaan. Tapi setelah kami melaksanakan kegiatan RANSEL kemarin,
ternyata ketakutan tersebut berkurang kok bu. Banyak guru yang datang karena
menemani siswanya di acara RANSEL tersebut merasa memiliki keresahan yang sama
dengan kita. Mereka saangat setuju dengan aksi yang kita lakukan untuk mengikis
kompetisi dan menggaungkan kolaborasi ini. JAdi sebenarnya kita itu nggak
sendirian. Banyak guru-guru dan pengerak pendidikan yang sepakat dengan kami.
Jadi, cara memebngkarnya gimana? Begerak saja dulu, baru kita akan tahu dimana
celah untuk membongkarnya.
[4:12:25 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> Dyah Kartika WS
> Saya sgt setuju dg pemaparan ttg
pendidikan kolaboratif. Cuman sayang sistem pendidikan kita sdh dicanangkan
full kompetisi. Uku
Lalu apa ukuran prestasi dlm
pendidikan kolaborasi? Pendidikan yang mengedepankan sikap kolaboratif akan
sangat dirasakan oleh para pihak yang terlibat dalam kolaborasi tersebut.
Seperti kemarin di kegiatan RANSEL, peserta (murid) yang terlibat project
kolaborasi merasa sangat senang karena bisa kerja barengan, memeiliki target
barengan, dan menampilkan karya kolaborasinya juga barengan dengan murid dari
sekolah lain. Mereka yang terlibat merasa menjadi pemenang semua. BUkankah ini
prestasi juga? seru...
[4:14:41 PM]Dyah Kartika WS:
> Nuno Riza Tpm Pklgn
> Lalu apa ukuran prestasi dlm
pendidikan kolaborasi? Pendidikan yang mengedepankan sikap kolaboratif akan
sangat dirasakan oleh p
Wah jadi ingat definisi Cerdas dr
Howard Gadner ya Pak.. Org cerdas adalah org yg mampu menghasilkan karya yg
bermanfaat..
[4:17:42 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
Selama ini murid-murid dari sekolah
saya seringnya berjumpa dengan murid dari sekolah lain hanya dalam event lomba.
Jadi di event tersebut, para generasi muda kita ditemukan dalam keadaan dimana
mereka harus saling mengalahkan. Yang satu harus lebih unggul dari yang lain.
Ini kan aneh, ujungnya hanya 1 sampai 3 orang saja yang merasa girang dan
bangga, sedangkan puluhan bahkan bisa ratusan peserta lainnya hanya dianggap
pecundang yang tidak pernah "dilihat" perannya. Melalui kegiatan
kolaborasi hal ini bisa dihindari
[4:19:20 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
> Nuno Riza Tpm Pklgn
> Selama ini murid-murid dari sekolah
saya seringnya berjumpa dengan murid dari sekolah lain hanya dalam event lomba.
Jadi di even
wah wahhh wah.... saya sepakat....
[4:20:53 PM]Dyah Kartika WS:
Cukup bu Moderator.. saya sdh dpt
core nya, kita hrs berbuat dulu utk berubah kan.. krn secara konsep saya juga
penganut pendidikan kolaboratif ini... cuman menembus kerangkeng itu yg perlu
kita lakukan.. :grin:
[4:20:18 PM]Iwan A. Priyana:
Mas Nuno..betul anak anak masih
berpola pikir juara..kompetisi menjadi tujuan..bapak Ibu Guru masih berkutat
soal adminstrasi dan kompetisi sebagai guru berprestasi. agak berat mengubah
mindset tersebut
[4:22:12 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> Iwan A. Priyana
> Mas Nuno..betul anak anak masih
berpola pikir juara..kompetisi menjadi tujuan..bapak Ibu Guru masih berkutat
soal adminstrasi da
Ini beratai sih pak, dari dinas -
kepsek - guru - murid. Ibarat rantai makanan, murid berada di ujung akhir; yang
selalu dikorbankan
[4:20:25 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
[4:20:43 PM]Sonny:
Terimakasih bu Devy.
Dari yg pak Nuno ajak awalnya banyak yg gagal hadir, hingga bisa hadir 200an, bagaimana caranya menyikapi kesibukan para guru yang bermacam-macam dan waktu longgarnya yg berbeda-beda agar bisa berkumpul untuk belajar bersama?
Dari yg pak Nuno ajak awalnya banyak yg gagal hadir, hingga bisa hadir 200an, bagaimana caranya menyikapi kesibukan para guru yang bermacam-macam dan waktu longgarnya yg berbeda-beda agar bisa berkumpul untuk belajar bersama?
[4:29:13 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> Sonny
> Terimakasih bu Devy. Dari yg pak
Nuno ajak awalnya banyak yg gagal hadir, hingga bisa hadir 200an, bagaimana
caranya menyikapi k
Thx pak sonny, dari awal menjadi
penggerak KGB Pekalongan saya selalu menggunakan prinsip "jumlah bukanlah
masalah". Di kegiatan mudik online/offline, workshop, ransel, atau apapun
itu; bagi saya jumlah bisa menjadi nomor 2. Saya fokusnya ke bagaimana
mendobrak miskonsepsi guru belajar. Karena di pekalongan sendiri pernah punya
pengalaman gini, dulu temu pendidik PERTAMA kami dihadiri oleh 100'an guru.
Namun guru2 tersebut hadir bukan karena kesadaran diri untuk belajar. Mereka
hadir karena di perintah oleh atasan (kepsek). Para kepsek yang hadir juga
karena diperintah atasannya (dindik). Alhasil, ketika kami membuat kegiatan
temu pendidik lagi yang tidak ada intervensi dinas, tidak ada yang mau datang..
ahahahaha.. Jadi, tidak perlu fokus ke jumlah dulu lah. Yang penting esensi
belajarnya aja dulu
[4:39:21 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
> Nuno Riza Tpm Pklgn
> Bener banget bu Devi, kalau dari dulu
kita fokusnya ke kuantitas, kayaknya pekalongan udah ga ada KGB kali :joy:. Kayak yang aku ce
tapi kalau kuantitasnya sedikit
terus? berarti perlu evaluasi kah pak? atau kita matangkan jumlah yang sedikit
tersebut? #moderatorbaper
[4:41:23 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> Devy Mariyatul
Ystykomah
> tapi kalau kuantitasnya sedikit
terus? berarti perlu evaluasi kah pak? atau kita matangkan jumlah yang sedikit
tersebut? #modera
lebih tepatnya kita biasakan
melakukan refleksi setiap selesai kegiatan. Hasil refleksi kita pakai sebagai
masukkan utk pelaksanaan kegiatan selanjutnya
TERMIN 2 PENANYA 1
[4:40:49 PM]Wayan Naimah:
Saya Bu Wayan dari Banyumas
terimakasih bu Devy dan pak Nuno..
Begini pak.. Waktu pertama kali bapak menjadi Penggerak diawali dengan Nobar apa saja yang dipersiapkan selain tempat? Apa langkah awal yang bapak lakukan sebagai Penggerak? Tantangan terbesar nya apa pak? Jika ada yang meragukan kemampuan bahwa ini bisa bergerak bagaimana cara meyakinkan nya..? Terimakasih:blush:
Begini pak.. Waktu pertama kali bapak menjadi Penggerak diawali dengan Nobar apa saja yang dipersiapkan selain tempat? Apa langkah awal yang bapak lakukan sebagai Penggerak? Tantangan terbesar nya apa pak? Jika ada yang meragukan kemampuan bahwa ini bisa bergerak bagaimana cara meyakinkan nya..? Terimakasih:blush:
[4:45:52 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> Wayan Naimah
> Saya Bu Wayan dari Banyumas
terimakasih bu Devy dan pak Nuno.. Begini pak.. Waktu pertama kali bapak
menjadi Penggerak diawali
Dulu, untuk jadi penggerak bukan
pakai nobar, tapi kami diminta mengadakan temu pendidik (mudik). Ini jauh lebih
menantang karena tema mudik harus kita tentukan sendiri termasuk menentukan
siapa narasumbernya. Ini tantangan terbesarnya
[4:50:04 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> Wayan Naimah
> Saya Bu Wayan dari Banyumas
terimakasih bu Devy dan pak Nuno.. Begini pak.. Waktu pertama kali bapak
menjadi Penggerak diawali
Lalu yang disiapkan apa saja? KGB
daerah membutuhkan minimal 2 orang. Satu orang sebagai konseptor, dan yang satu
bertindak sebagai penghubung (konektor). KOnseptor bertugas membuat konsep,
tema, obrolan, dll yang akan digunakan utk belajar guru agar proses belajar
tersebut menjadi lebih seru dan bermakna. Jika di daerah anda sudah memiliki 2
orang dengan spesifikasi yang cocok untuk gerak tersebut, gaskeunnn!!
[4:51:03 PM]baja seto:admin
Bagaimana tips mengaktifkan grup kgb
yang sudah cukup banyak anggotanya namun sulit ketika diajak bergerak?
[4:54:15 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> baja seto
> Bagaimana tips mengaktifkan grup kgb
yang sudah cukup banyak anggotanya namun sulit ketika diajak bergerak?
Anggota itu dibagi menjadi 2,
anggota aktif dan anggota pasif. Anggota aktif juga dibagi 2 lagi, anggota
aktif yg berpotensi untuk diajak menjadi penggerak dan anggota aktif yang hanya
hadir di kegiatan2 KGB saja. Anggota aktif yg berpotensi untuk diajak menjadi
penggerak bisa kita ajak kolaborasi dalam kegiatan2 KGB seperti temu pendidik.
Ajak mereka untuk ambil bagian berdaya bagi pendidikan daerah dengan menjadi
relawan
[4:56:31 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
Kalau kebutuhannya mengaktifkan grup
biar ga sepi, ini bisa dilakukan dengan cara membuat letupan2 diskusi
dibeberapa kesempatan. Bahas beberpaa miskonsepsi, keresahan, atau bahkan
kejadian2 didunia pendidikan yang sedang trend saat ini. Jadi diskusi itu tidak
hanya dilakukan ketika temu pendidik saja. Diluar itu juga bisa. Bahkan diskusi
diluar kegiatan temu pendidik inilah yang bikin grup jadi hangat
[4:56:47 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
> Nuno Riza Tpm Pklgn
> Anggota itu dibagi menjadi 2,
anggota aktif dan anggota pasif. Anggota aktif juga dibagi 2 lagi, anggota
aktif yg berpotensi unt
oh..... jd diberdayakan ya pak....
saya ingat ini pernah disampaikan pak Nuno langsung ketika TPN.
[4:58:56 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> Devy Mariyatul
Ystykomah
> oh..... jd diberdayakan ya pak....
saya ingat ini pernah disampaikan pak Nuno langsung ketika TPN.
iya bu, itulah mengapa di KGB
pekalongan pernah punya 30 orang penggerak, ini belum termasuk relawan
[4:59:31 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
wahhhh 30???? Kediri nolnya
ditendang 1:joy:
Pak Nuno, waktu menunjukan pukul
16.59:sob: cepet banget ya....
[5:00:49 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> Devy Mariyatul
Ystykomah
> wahhhh 30???? Kediri nolnya
ditendang 1:joy:
Pekalongan dulu awalnya 3 orang juga
kok bu, dan pernah 2 tahun sepi-sepian, ini karena belum menemukan arah gerak
aja. Setelah tahu arahnya... langsung gassss!
[5:12:16 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
Oke karena waktu sudah
tumpah-tumpah... mari kita tutup dengan kalimat penutup yang nendang pak....
colek pak @NunoRiza
[5:12:46 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
> Devy Mariyatul
Ystykomah
> Oke karena waktu sudah
tumpah-tumpah... mari kita tutup dengan kalimat penutup yang nendang pak....
colek pak @NunoRiza
Terimakasih bu Devy..
Untuk ikut ambil bagian untuk
menggerakkan pendidkan juga untuk MEMBONGKAR MISKONSEPSI PENDIDIKAN di daerah
tidak harus menunggu orang-orang pintar dan berprestasi. Cukup orang-orang yang
mau menginvestikan waktu, pikiran, juga tenaga untuk bergerak. Jadi, jika anda
merasa "saya bukan guru pintar, saya juga bukan guru berprestasi",
itu bukan masalah besar sepanjang anda siap bergerak
Demikian dari saya, jika ada salah
selama diskusi saya mhn maaf ya teman2..
[5:14:36 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
mari kita catat bersama yuk.....
saya selaku moderator kece dari pemateri yang budiman nan kece sepanjang abad
mengucapkan maaf dan terima kasih yang setulusnya......
[5:16:18 PM]Nuno Riza Tpm Pklgn:
Salam..
[5:16:36 PM]Devy Mariyatul Ystykomah:
Bapak/Ibu Guru Merdeka Belajar, di
TPM spesial ke-100 ini akan ada 2 Buku Memanusiakan Hubungan yang akan
dibagikan.
Tertarik ?
Berikut caranya :
1. Klik tautan grup TPM 2019 https://t.me/TPMKGB (Grup lama akan segera di tutup)
2. Buat kutipan / refleksi TPM dengan template yang akan di berikan dibawah.
3. Upload di instagram atau FB dengan tag 3 teman guru dan Kampus Guru Cikal
Dua orang yang beruntung akan mendapatkan masing-masing 1 Buku memanusiakan Hubungan. pemenang akan dipilih secara acak oleh Tim KGC.
Tertarik ?
Berikut caranya :
1. Klik tautan grup TPM 2019 https://t.me/TPMKGB (Grup lama akan segera di tutup)
2. Buat kutipan / refleksi TPM dengan template yang akan di berikan dibawah.
3. Upload di instagram atau FB dengan tag 3 teman guru dan Kampus Guru Cikal
Dua orang yang beruntung akan mendapatkan masing-masing 1 Buku memanusiakan Hubungan. pemenang akan dipilih secara acak oleh Tim KGC.